Radio online :

Kamis, 09 Oktober 2008

Bio Ethanol

Dari Millis Tetangga :

BIO-ETHANOL PENGGANTI MINYAK TANAH DARI ITS

oleh : Edy M Yakub

     Surabaya, 26/6 (ANTARA) - Peneliti ITS Surabaya menemukan bio-ethanol dari singkong atau bahan berkarbohidrat tinggi lainnya untuk menggantikan minyak tanah.

     "Bio-ethanol itu sangat hemat, karena satu liter minyak tanah bio-ethanol setara dengan sembilan liter minyak tanah biasa," kata peneliti bio-ethanol Ir Sri Nurhatika MP di Surabaya, Kamis.

     Didampingi Pembantu Rektor (PR) IV ITS Surabaya Prof Ir Eko Budi Djatmiko, ia mengatakan harga satu liter bio-ethanol Rp10.000, sedang sembilan liter minyak tanah berkisar Rp27.000 dengan asumsi harga Rp3.000/liter.

     "Tidak hanya itu, bio-ethanol juga dapat dibuat sendiri oleh masyarakat, karena bahan pembuatan ethanol dapat ditemukan di pasar dan cara pembuatannya pun mudah," katanya.

     Menurut dia, ethanol dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbohidrat, diantaranya ubi kayu, walur, kelapa sawit, tetes tebu, kacang koro, limbah tahu, limbah sampah, dan sebagainya.

     "Bahan paling ideal adalah ubi kayu yang di Jawa dikenal dengan sebutan singkong gendruwo, karena tingkat karbohidrat-nya cukup tinggi. Singkong gendruwo juga mengandung pati (racun) yang tak layak dikonsumsi," katanya.

     Cara pembuatannya, kata dosen senior Biologi ITS Surabaya itu, singkong gendruwo itu ditumbuk halus, kemudian dimasak dengan panci sampai menjadi bubur.

     "Hasilnya diberi ragi (proses fermentasi) dan didiamkan selama 4-5 hari sampai keluar ethanol-nya dengan kadar 90 persen. Kami menyebutnya dengan minyak tanah BE.40," katanya.

     Namun, katanya, kadar ethanol 90 persen itu belum cukup untuk minyak tanah, sebab kadar ethanol yang dibutuhkan adalah 95 persen, karena itu perlu ditingkatkan.

     "Kalau kadar ethanol-nya di bawah 95 persen masih mengandung Pb (timbal), sedangkan bahan bakar harus bebas dari Pb, sebab kalau ada Pb-nya bisa meledak," katanya.

     Untuk menaikkan kadar ethanol itu, katanya, perlu ditambahkan batu kapur (gamping), sehingga ethanol-nya menjadi "bersih" dari Pb.

     Selain itu, kompor minyak tanah bio-ethanol itu juga tidak bersumbu, sehingga dirinya bekerjasama dengan peneliti Teknik Mesin ITS Surabaya untuk membuat desain kompor bio-ethanol.

     "Hasil desain Teknik Mesin ITS itu akhirnya kami kerjasamakan dengan Koperasi Manunggal Sejahtera Yogyakarta untuk memproduksi kompor tanpa sumbu yang harganya Rp40.000," katanya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar